Invasi kaum barbar dan
kemelut kekuasaan Romawi mengakibatkan krisis yang parah pada abad ke-3.
Meskipun demikian, pada abd ke-4 Gaule muncul kembali dengan cemerlang. Aka
tetapi gelombanga invasi kaum barbaryang kembali terjadi mempercepat perubahan
yang dialami dunia Goulois dengan munculnya kerajaan-kerajaan barbar pada abad
ke-5.
Setelah masa-masa awal
krisis dibawah pemerintahan Marcus Aurelius dan Commodus, Gaule menemukan
kembali kemakmurannya dibawah dinasti Severus (193 – 235 M). akan tetapi
kestabilan tersebut terhenti akibat gelombang invasi yang dilakukan secara
tiba-tiba oleh suku bangsa Germania. Akibatnya Gaule hancur dan menderita, tetapi
sekaligus juga mengalami peruahan mendasar. Namun sekali lagi kaum barbar
menghentikan kemunculan Gaule pada abad ke-4.
Krisis
pada abad ke-3
Abad ke-3 merupakan masa
krisis bagi seluruh dunia Romawi. Penyebab dan kejadianya sangat Kompleks dan
sering kali belum di ketahui dengan jelas, tatapi bagi Gaule, salah satu fakta
yang sedah dapat dipastikan adalah
gelombang invasi besar-besaran yang dilakukan oleh suku-suku Germania.
Gelombang
invasi
Suku bangsa Germania yang
menempati wilayah perbatasan dekat sungai Rhein sejak awal Kekaisaran Romawi,
merupakan ancaman yang permanen, dangan sangat sulit dibendung oleh
benteng-benteng pertahanan limes. Kemudian datang pula kelompok-kelompok baru
yang semakin memperberat tekanan terhadap wilayah Gaule. Di Timur, orang Gots
dan Vandales menghancurkan Romawi timur, di barat orang Frank dan Alamans
menyebrangi sungai Rhein mulai tahun 253. Invasi tersebut merupakan perampokan
dan perampasan harta orang Gaulois. Perjalanan yang mereka tempuh dapat di
tandai dengan sejumlah harta karun berupa mata uang yang disembunyikan di dalam
tanah oleh orang Gaulois. Tiga gelombang besar invasi memporak-porandakan
penduduk Gaule. Dari tahun 253 sampai 254 dan pada tahun 256, orang Frank dan
Alamans menghancurkan bagian utara Gaule. Situasi bertambah genting antara
tahun 259 dan tahun 262, yaitu ketika orang Germania mengikuti lembah sungai
Saone dan Rhone sampai ke wilayah selatan. akan tetapi invasi yang paling
mengerikan adalah yang terjadi pada tahun 275 sampai 277: seluruh wilayah Gaule
mengalami pengerusakan dan perampokan oleh orang Frank dan Alamans. Di
perkirakan lebih dari 60 kota rusak dan hancur. Daerah pedesaan dibinasakan
villas dibakar. Pada waktu yang sama bajak-bajak laut juga menghancurkan pantai
Armorique. Meskipun harus di akui bahwa sumber-sumber sejarah cenderung
memberikan gambaran yang gelap dari masa itu, pada kenyataanya jarang sekali
Gaule mengalami situasi yang demikian mengerikan. Apa yang dapat dilakukan
penduduk menghadapi ancaman seperti itu?
Kekaisaran
Gaule (260-274)
Para kaisar Romawi berulang
kali mencoba melawan serangan orang Germania. Pada tahun 256, kaisar Gallienius
datang sendiri ke Koln untuk mengatur pertahanan yang ia percayakan kepada
putranya Saloninus. Akan tetapi putranya itu tidak mempunyai kemampuan untuk
mengatur dan memimpin sehingga tentara yang ada di Rhein memproklamirkan salah
seorang pemimpin mereka yang berasal dari bangsa Gaulois, Postumus menjadi
kaisar pada tahun 260. Maka lahirlah kekaisaran Gaule.
Pada kenyataanya ,
kekaisaran Gaule tidaklah menentang kekuasaan Roma, melainkan ingin mengambil
alih kekuasaan pusat yang di nilai tidak efektif. Postumus kemudian membentuk
sebuah senat dan menata kekaisarannya. Ia mencetak uang logam dan beberapa pada
uang logam itu gelarnya dicantumkan sebagai restitutor
Galliarum, yaitu pendiri Gaule kembali. Memang benar ia berhasil melindungi
Gaule sampai ia terbunuh pada tahun 268.
Para penerusnya kemudian
terpaksa melawan Roma yang berkeinginan mengambil kembali propinsi-propinsi
Gaulois. Sebenarnya sejumlah kota di Gaule masih setia kepada kekuasaan pusat,
yaitu Roma. Oleh sebab itu victorin, pengganti Postumus mengobrak-abrik kota
Autun. Akhirnya kaisar Aurelianus berhasil mengalahkan kaisar Gaulois yang
terakhir Tetricus, pada tahun 274, dan mengitegrasikan kembali Gaule kedalam ke
kaisaran Romawi. Kaisar Probus-lah yang bertugas menghentikan gelombang
terakhir invasi besar orang Germania di masa itu, persisnya tahun 277.
Gaule
pada akhir abad ke-3
Kesan pertama yang diperoleh
dari periode ini adalah seluruh negeri. Di daerah Autun kebun-kebun anggur
tidak dapat diolah lagi, saluran pengairan di daerah-daerah pertanian sungai
Saone tidak dapat digunakan. Kotanyapun hanya tinggal onggokan puing-puing
bangunan yang telah rubuh. Di beberapa daerah seperti daerah Somme, dari
penggalian Arkeologis diketahui bahwa Villas sudah lenyap. Dilain pihak, sejumlah
orang barbar yang telah dikalahkan , atau mantan tawanan perang Gallia-Romawi
yang bergabung dengan orang Germania pada akhirnya menetap sebagai pendatang
didaerah propinsi dan dijuluki “Iete’’. Penempatan tersebut dapat membawa
akibat yang serius, kerena memberi peluang pada kehadiran kelompok keturunan
Germania didalam tubuh kekaisaran Romawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar