Dinasti Merovingiens (abad ke-6 sampai ke-7)
Clovis
Pelaku utama dalam perubahan besar ini adalah pertama dalam sejarah nasional prancis, yaitu Clovis (481-511). jarangnya sumber-sumber tertulis yang selalu jauh lebih kemudian dari peristiwa aslinya serta seringnya bersifat hagiografis -- sumber utama Histoire de francs (Sejarah orang Frank) yang ditulis oleh Uskup Gregoire de tours lebih dari 60 tahun setelah kematian Raja itu -- membuat tujuan yang benar-benar diikuti oleh Clovis menjadi sulit dipahami. jadi kita harus berpegang pada fakta yang terjadi dalam dua tahapan utama. pertama, kemenangan Clovis atas Syagrius di Soissons tahun 486, dan kemenangan pada bangsa Alaman di Tolbiac, sekitar tahun 496, kemudian kemenangan terhadap bangsa Wisigot Vouille, dekat Poitiers, tahun 507, diikuti oleh kerajaan Toulouse, yang kemudian dikuasai Clovis, kecuali bagian selatan Languedoc dan Provence yang luput dari pengawasanya. sementara itu terjadi peristiwa menentukan yang menjelaskan kemenangan Clovis atas suku bangsa Wisigot yang menganut paham arianisme, yaitu keputusan Clovis untuk memeluk agama Nasrani dan pembabtisanya di Reims, yang agaknya berlangsung pada tahun 496. diterima umum bahwa Raja dan rakyatnya memeluk agama Nasrani adalah berkat pengaruh Ratu Clotilde dan Uskup Reims santo Remi. Tindakan ini membuat akibat-akibat luar biasa , yang membuat suku bangsa Frank Salien, di hadapan suku bangsa barbar lainya yang tidak beragama Nasrani atau yang menganut aliran sesat, menjadi pemuka Kristianisme Romawi, dan dengan demikian juga menjadi sekutu orang Gallia-Romawi yang sudah menganut agama Nasrani, kemenangan terhadap suku bangsa Wisigot, yang kemudian mundur ke Spanyol, di ikuti dengan pengakuan terhadap kekuasaan Clovis di Gaule oleh duta besar yang dikirim dari Konstantinopel. dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya Clovis telah mewujudkan kesatuan semua kelompok suku Frank dengan menjadi pewaris Raja terakhir Frank Rheinland yang juga telah memeluk agama Nasrani. iya menetapkan Paris, yang berada di luar wilayah asal suku bangsa Frank, sebagai tempat tinggal utamanya dan juga sebagai tempat pemakamannya. penakhlukan wilayah lawan kemudian diselesaikan oleh Putra-putranya yang berhasil mengalahkan kerajaan Burgonde tahun 532-534 dan merebut Provence tahun 536. kesatuan Gaule kembali terbentuk, dan suku bangsa Frank adalah pihak yang memperoleh manfaat dari kesatuan tersebut.
kerajaan Frank
Namun sejak masa itu pula mulai terjadi pembagian wilayah diantara para penerus Clovis. dengan mereka muncullah pertanyaan tentang regnum Francorum dan kekuasaan para pemimpinya, yang tidak mengenal institusi politik Romawi. Raja, yang merupakan dari sebuah anggota kerajaan istimewa -- yaitu keluarga Merovingiens, diambil dari nama kakek Clovis, Merovee -- adalah keturunan dewa-dewa Germania dan berciri rambut yang panjang. ia adalah juga pimpinan para prajurit yang mengakatnya diatas Pavois (perisai) serta bersumpah setia kepadanya.ia hidup ditengah segala bentuk pelayanan, baik yang bersifat pribadi maupun umun -- yaitu istana nya yang mengikutinya . keadilan. ia mengangkat para Comtes da para uskup kekuasaan yang tampaknya tanpa batas ini menghadapi tiga hambatan. yang pertama adalah yang paling terasa pada abad ke-6, yaitu sistem penerusan yang cenderung membawa bagian kekuasaan di antara para putra raja yang telah mangkat dan mengakibatkan persaingan, pembunuhan dan perang saudara. setelah kematian Clovis, kesatuan kerajaan hanya terjadi dibawah pemerintahan putra bungsunya Clotaire I (555-561). kemudian terjadi krisis yang parah yang diwarnai persaingan antar Raja di campuri persaingan antar Pemaisuri, misalnya Fredegonde atau Brunehaut. kesatuan baru tercapai kembali tahun 613 oleh Clotaire II dan terutama oleh putranya, Dagobert, yang pemerintahanya, hanya berlangsung sepuluh tahun (629-639),merupakan tahun-tahun keemasan masa pemerintahan Dinasti Merovingiens.
Kekuatan-kekuatan yang menjauh dari pusat
Pada zaman itu kelihatan dengan jelas dua sumber kelemahan lain di kerajaan Merovingien. yang pertama adalah kesatuan daerah yang semakin berbeda satu sama lain. pada abad ke-7, daerah Provence dan Aquitaine menemukan kembali otonominya sehingga tradisi-tradisi Romawi dapat dipertahankan, dan dinasti Merovingiens hanya menyangkut tiga kerajaan -- Tria regna -- yang kadang-kadang bersatu dan kadangkala berdiri sendiri; di barat, wilayah Neustrie, yang terbentang dari sungai Somme sampai sungai Loire, wilayah suku Frank Salien berpusat di kota-kota besar di lembah sungai Seine Oise, dan dengan mudah berbaur dengan penduduk Gallia-Romawi; di timur wilayah Austrasie suku Frank Rheinland berpusat di lembah sungai Meuse, Moselle dan Rhein. disini unsur Germania semakin menonjol sejalan dengan makin meluasnya daerah kekuasaan frank ke seberang sungai Rhein menuju Bayern, Thuringen dan Friesland. yang terakhir adalah wilayah Bourgogne, yang terletak di wilayah bekas kerajaan Burgonde. dalam kerangka ketiga lingkungan itulah berkembang hambatan terakhir, ancaman yang menentukan bagi kerajaan Merovingien, yaitu naiknya kekuasaan aristokrasi daerah. sebenarnya para raja harus membagi-bagikan tanah fisc kepada mereka sebagai benefice untuk memastikan kesetiaan mereka. pemimpin-pimpinan aristokrat ini adalah mereka yang menguruskan istana dan disebut sebagai maire du palais (wali istana). pada tahun 687, para bangsawan Austrasie dipimpin oleh Pepin d'Herstal menghancurkan pasukan raja Neustrie di Tertry, dekat dengan Saint-Quentin. dinasti Merovingens, dibawah pengawasan para maires du palais, dipertahankan. namun keadaan ini hanya bersifat sementara.
Tetapi, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah politik tidak semestinya menutupi kenyataan yang jauh lebih mendasar. di Gaule berbangsa Frank, seperti di spanyol berbangsa Wisigot atau di Italia berbangsa Lombard pada masa itu, muncul sebuah masyarakat dan sebuah peradaban baru yang unsur-unsurnya nampak jelas pada abad ke-7.
masih akan saya perbarui.
di kutip dari : sejarah prancis , Jean Carpentier dan Francois Lebrun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar